Hayati lelah, kata status lebay J. Coba hayati
*beda maksud dengan hayati sebelumnya ya*., dan perhatikan dengan seksama
riwayat2 di atas, pada bagian sebelumnya yaitu bagian 5. Sila klik https://www.facebook.com/latifaa/posts/10216673845213693.
Istri mengakui bahwa ia tidak
mencela suaminya dalam hal agamanya dan akhlaqnya. Agamanya luarbiasa, tentu!. bagaimana
tidak, beliau adalah seorang Sahabat Nabi dari generasi terbaik ummat ini.
Akhlaqnya pun luarbiasanya. Sejatinya jika agama baik, lurus, maka akan
berimplikasi automatically pada akhlaqnya. Akhlaq yang baik muncul berdasarkan
pada pemahaman agama yang lurus.
Tahukah pembaca siapakah Tsabiq
bin Qois, al-shahabiy al-jalil –Radhiyallahu anhu-, seorang sahabat
mulia, yang ternyata dalam kehidupan rumah tangganya pernah di khulu’ oleh
istrinya, tidak hnya sekali khulu’, tapi ternyata hingga 2 kali khulu’ dari
kedua istrinya, bukan karena kejelekan agama ataupun akhlaq, tidak. Justru
keduanya dipuji sendiri oleh si istri, dan diakuinya. Namun ternyata karena
fisik semata yang mana fisik ini berada diluar control kita sebagaimana manusia
sebagai makhluq Allah. Fisik adalah hal yang nisbi, tergantung siapa yang
melihat. Fisik disini dapat mengakibatkan istri takut tidak akan menjalankan
hak-hak Allah dalam RT, karena fisik, istri tidak bisa menerima, sdh berusaha
belajar, pun masih juga tidak bisa menerima dengan lapang dada yang mana ia
khawatir karena tidak suka dengan fisik ini dia tidak bisa menjalankan
kewajiban sebagai istri, hingga mengakibatkan pengingkaran. Sebab ini yang
mengakibatkan dia mengajukan khulu’ dan menjadi khulu’ yang pertama dalam agama
Islam.
Adz-Dzahabi merekam tentang
sirah Tsabit bin Qais dalam kitabnya jilid 3/191. Tsabit bin Qais bernama
lengkap Tsabit bin Qais bin Syamas bin Zuhar bin Malik. Bersuara lantang dengan
bahasa yang fasih, lisan yang jelas, sehingga mendapat gelar khotibnya
Rasulullah. Tsabit seorang sahabat dari suku Khazraj, dengan nasab yang bagus. Ketika
berbicara maka orang yang mendengarnya akan merasa terpesona dengan ucapannya.
Kisah masuk Islamnya berawal dari ayat-ayat al-Quran yang ia dengarkan
dari Mus’ab bin Umair, Sang Duta Islam pertama. Lantunan ayat-ayat yang
didengarkan oleh hati yang bersih, maka akan meresap dalam jiwa, tertanam dalam
kalbu hingga kebenaran ayat-ayat dapat ia rasakan. Terkenal di antara para
sahabat yang lain ketaqwaannya, kedermawanannya, rasa cinta yang luarbiasa
kepada Nabi, sifat Itsar dan keberaniannya.
Tentang rasa takwanya pada Allah
ataupun takut pada siksaanNya tidak perlu diragukan lagi. Suatu ketika turun
pada Nabi ayat: “Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian angkat suara melebihi suara Nabi dan
janganlah kalian berkata kepada Nabi dengan suara keras sebagaimana kerasnya
suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, karena dengan demikian
amalan kalian akan gugur, sedang kalian tidak menyadarinya.” (QS.
Al-Hujarat: 2).
Karena ayat ini, Tsabit menjadi
takut dan sedihnya luar biasa. Ia menyadari bahwa selama ini ialah orang yang
bersuara paling keras di antara yang lain di hadapan Rasulullah. Ia khawatir
jangan-jangan apa yang telah dilakukannya akan menghanguskan amal ibadahnya. Ia
pun absen beberapa masa dari majlis Nabi, walaupun rasa cinta dan rasa
ketergantuangan hatinya terhadap sang kekasih. Nabi pun mencari-cari informasi
tentang Tsabit hingga didapati bahwa Tsabit sedang mengurung diri di rumahnya.
Kemudian Nabi mengutus seseorang untuk memanggilnya.
Pada saat beliau SAW
menanyai mengapa dirinya tidak pernah muncul, Tsabit dengan penuh rasa khawatir
menjawab, “Sesungguhnya aku ini seorang manusia yang keras suara. Dan
sesungguhnya aku pernah meninggikan suaraku dari suaramu wahai Rasulullah.
Karena itu tentulah amalanku menjadi gugur dan aku termasuk calon penghuni
neraka.”
Rasulullah menjawab, “Engkau
tidaklah termasuk salah seorang di antara mereka bahkan engkau hidup terpuji,
dan nanti akan berperang sampai syahid, hingga Allah akan memasukkanmu ke dalam
surga.”
Dari
Abu Hurairah, Nabi pernah bersabda: “Seorang laki-laki yang paling bagus adalah
Tsabit bin Qais”. Tsabit mengikuti semua peperangan pada masa Nabi kecuali
perang Badar. Tsabit wafat syahid pada perang Yamamah melawan kaum murtad pada
masa khalifah Abu Bakar. Keberanian yang luar biasa dalam perang Yamamah di
abadikan oleh buku2 Sirah Sahabat. Semua kemampuan yang ia miliki ia gunakan
untuk membela agama Islam.
Sebuah
kisah sahabat yang luar biasa perannya dalam agama Islam, namun sahabat pun
memang seorang manusia pula. Dalam kehidupan rumah tangganya terdapat sisi
manusiawi yang lain berada diluar kontrolnya. Pada akhirnya, kita teringat
bersama ayat “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa di antara kalian….” Fisik tidak menjadikan seseorang
menjadi mulia di sisi Allah, meski makhluqNya sering kali menjadikan fisik ini
menjadi barometer dalam berinteraksi. Wallahu a’lam.
Ngaliyan,
11/2/2019
Labels: fikih rumah tangga, kehidupan, keluarga, khulu'
0 Responses to “Gugat Cerai -Bagian 6-”