« Home | Cerai Gugat (Bagian -4-) » | Gugat Cerai -Bagian 5- » | Gugat Cerai -bagian 3- » | Cerai Gugat - bagian 2- » | Gugat Cerai » | TARBIYAH ALA LUQMAN AL HAKIM 2/2* » | TARBIYAH ALA LUQMAN AL HAKIM 1/2 * » | Bulan Dzul Hijjah » | Indonesia Dan "Sihir" » | RAMADHAN TAHUN INI HARUS BERBEDA !!... »

Gugat Cerai -Bagian 6-



Hayati lelah, kata status lebay J. Coba hayati *beda maksud dengan hayati sebelumnya ya*., dan perhatikan dengan seksama riwayat2 di atas, pada bagian sebelumnya yaitu bagian 5. Sila klik https://www.facebook.com/latifaa/posts/10216673845213693. 

Istri mengakui bahwa ia tidak mencela suaminya dalam hal agamanya dan akhlaqnya. Agamanya luarbiasa, tentu!. bagaimana tidak, beliau adalah seorang Sahabat Nabi dari generasi terbaik ummat ini. Akhlaqnya pun luarbiasanya. Sejatinya jika agama baik, lurus, maka akan berimplikasi automatically pada akhlaqnya. Akhlaq yang baik muncul berdasarkan pada pemahaman agama yang lurus. 

Tahukah pembaca siapakah Tsabiq bin Qois, al-shahabiy al-jalil –Radhiyallahu anhu-, seorang sahabat mulia, yang ternyata dalam kehidupan rumah tangganya pernah di khulu’ oleh istrinya, tidak hnya sekali khulu’, tapi ternyata hingga 2 kali khulu’ dari kedua istrinya, bukan karena kejelekan agama ataupun akhlaq, tidak. Justru keduanya dipuji sendiri oleh si istri, dan diakuinya. Namun ternyata karena fisik semata yang mana fisik ini berada diluar control kita sebagaimana manusia sebagai makhluq Allah. Fisik adalah hal yang nisbi, tergantung siapa yang melihat. Fisik disini dapat mengakibatkan istri takut tidak akan menjalankan hak-hak Allah dalam RT, karena fisik, istri tidak bisa menerima, sdh berusaha belajar, pun masih juga tidak bisa menerima dengan lapang dada yang mana ia khawatir karena tidak suka dengan fisik ini dia tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai istri, hingga mengakibatkan pengingkaran. Sebab ini yang mengakibatkan dia mengajukan khulu’ dan menjadi khulu’ yang pertama dalam agama Islam. 

Adz-Dzahabi merekam tentang sirah Tsabit bin Qais dalam kitabnya jilid 3/191. Tsabit bin Qais bernama lengkap Tsabit bin Qais bin Syamas bin Zuhar bin Malik. Bersuara lantang dengan bahasa yang fasih, lisan yang jelas, sehingga mendapat gelar khotibnya Rasulullah. Tsabit seorang sahabat dari suku Khazraj, dengan nasab yang bagus. Ketika berbicara maka orang yang mendengarnya akan merasa terpesona dengan ucapannya.
An-Nabulsi dalam situs resminya menyebutkan bahwa ia adalah pembicara resmi atau jubir Nabi disamping menjadi khatib Nabi. termasuk salah satu sahabat dari golongan cendekiawan pada masa Nabi. Rasulullah mempersaudarakan Tsabit dengan Ammar bin Yasir.

Kisah masuk Islamnya berawal dari ayat-ayat al-Quran yang ia dengarkan dari Mus’ab bin Umair, Sang Duta Islam pertama. Lantunan ayat-ayat yang didengarkan oleh hati yang bersih, maka akan meresap dalam jiwa, tertanam dalam kalbu hingga kebenaran ayat-ayat dapat ia rasakan. Terkenal di antara para sahabat yang lain ketaqwaannya, kedermawanannya, rasa cinta yang luarbiasa kepada Nabi, sifat Itsar dan keberaniannya. 



Tentang rasa takwanya pada Allah ataupun takut pada siksaanNya tidak perlu diragukan lagi. Suatu ketika turun pada Nabi ayat: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian angkat suara melebihi suara Nabi dan janganlah kalian berkata kepada Nabi dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, karena dengan demikian amalan kalian akan gugur, sedang kalian tidak menyadarinya.” (QS. Al-Hujarat: 2).


Karena ayat ini, Tsabit menjadi takut dan sedihnya luar biasa. Ia menyadari bahwa selama ini ialah orang yang bersuara paling keras di antara yang lain di hadapan Rasulullah. Ia khawatir jangan-jangan apa yang telah dilakukannya akan menghanguskan amal ibadahnya. Ia pun absen beberapa masa dari majlis Nabi, walaupun rasa cinta dan rasa ketergantuangan hatinya terhadap sang kekasih. Nabi pun mencari-cari informasi tentang Tsabit hingga didapati bahwa Tsabit sedang mengurung diri di rumahnya. Kemudian Nabi mengutus seseorang untuk memanggilnya.


Pada saat beliau SAW menanyai mengapa dirinya tidak pernah muncul, Tsabit dengan penuh rasa khawatir menjawab, “Sesungguhnya aku ini seorang manusia yang keras suara. Dan sesungguhnya aku pernah meninggikan suaraku dari suaramu wahai Rasulullah. Karena itu tentulah amalanku menjadi gugur dan aku termasuk calon penghuni neraka.”

Rasulullah menjawab, “Engkau tidaklah termasuk salah seorang di antara mereka bahkan engkau hidup terpuji, dan nanti akan berperang sampai syahid, hingga Allah akan memasukkanmu ke dalam surga.”


Dari Abu Hurairah, Nabi pernah bersabda: “Seorang laki-laki yang paling bagus adalah Tsabit bin Qais”. Tsabit mengikuti semua peperangan pada masa Nabi kecuali perang Badar. Tsabit wafat syahid pada perang Yamamah melawan kaum murtad pada masa khalifah Abu Bakar. Keberanian yang luar biasa dalam perang Yamamah di abadikan oleh buku2 Sirah Sahabat. Semua kemampuan yang ia miliki ia gunakan untuk membela agama Islam.

Sebuah kisah sahabat yang luar biasa perannya dalam agama Islam, namun sahabat pun memang seorang manusia pula. Dalam kehidupan rumah tangganya terdapat sisi manusiawi yang lain berada diluar kontrolnya. Pada akhirnya, kita teringat bersama ayat “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian….” Fisik tidak menjadikan seseorang menjadi mulia di sisi Allah, meski makhluqNya sering kali menjadikan fisik ini menjadi barometer dalam berinteraksi. Wallahu a’lam.

Ngaliyan, 11/2/2019




Labels: , , ,

0 Responses to “Gugat Cerai -Bagian 6-”

Post a Comment



www.flickr.com

© 2006 ummi asiya | Blogger Templates by GeckoandFly| diutak-atil olehabi asiya .