Gugat Cerai



Serem judulnya. Serem jg mendengar dua kata ini. Siapa mau? Smoga Allah jauhkan jika tanpa sebab. Tak seorangpun wanita menginginkan ini terjadi. Hampir tiap wanita pasti ingin RT yang dibangunnya sejak awal akad tidak berhenti di tengah jalan. Impiannya RT yang telah halal sejak suami menjawab Wali: “Qabiltu Nikaahaa” menjadi RT yang kekal hingga nini aki, hingga nyawa berpisah dg raga.

Tapi, eh tapi. Ternyata tak semua impian sesuai realita, tak semua harapan terjadi sesuai hati kita. Di sana ada takdir yang membrsamai, di sana ada kejadian2 dan surprise2 yg tak karuan rasanya. Ada haru biru. Ada kalanya sedih bercampur dg air mata menghampiri. Wabil khusus, bagi pasangan muda, pngantin baru dlm umuran jagung yg msh beradaptasi.

Konon katanya, 5 thn pertama pernikahan adalah masa uji coba, jika berhasil di 5 thn pertama ini insyaAllah slanjutnya akan lbh smooth, krn adaptasi telah terbangun, kestiaan telah teruji, tanggung jawab telah terbuktikan. Lalu 10 thn akan dpt lebih kekal pernikahan. Krn cinta tlh terbukti dg pengorbanan. Cie cie.

Eh tapi lagi, trnyata 5-10 thn uji coba ini tak menjadikan jaminan. Teringat seorang sahabat kala kuliah dulunya, ayahnya pengusaha sukses, yg sering keluar negeri, lima bersaudara dg adek terkecil yg sdh kls 6 SD. Bayangkan sdh 5 anak yg dilahirkan dr keluarga ini, dan sdh hampir 25 thn RT brjln. Qadarullah, kesibukan sang ayah di luar negeri dlm usahanya trnyta meninggalkan cinta tersndir di negeri sebelah, karena brg x hub LDR walaupun jangka pendek, slh satu resikonya tumbuh cinta dg wanita lain di tmpt safarnya. Dan pernikahan itu terjadi. Ibunda sahabat saya mundur teratur, khawatir tdk dpt mnjalankan kwajiban seorang istri, shingga milih pisah krn alasan ini. Salahkah?!. Ah sebgitu lemahnya iman ibunda, mungkin ada di antara pembaca yg mmbatin spt itu. Namun bagi saya adalah hal yg wajar. Bukan mslh keimanan, tp lbh kpada masalah perasaan, pilih aku atau dia, kata sebuah lagu ndangdut, hehe. Yg luarbiasa ajaib, adalah hub anak2 pasca cerai dg si ayah. Tetap erat, tetap mesra, sang ayah tetap bertanggung jawab thdp smua anak2nya walaupun sbagian sudah nikah. Bahkan sering x sang ayah msh menyempatkan waktu berlibur dg anak2nya ini ke luar negeri, tnpa ibunda tentunya. Krn baginya, anak2 adalah tanggung jawab dunia akhirat. Jika ada percerai suami istri, maka sejatinya tidak pernah ada perceraian antara anak dan orang tua. Beda dg cerita yg ada di sktr kita, ortu bercerai, maka anak2 pun ikut cerai, putus hub dg ayah/ibunya. Tergantung anak bersama siapa. Jika bersama ibu, maka bs jadi ibunya pun membisikkan kebencian yg bgtu dalam kpd ayahnya di hati anak2, ataupun sebaliknya. Atau bahkan ada ayah2 yg menelantarkan anak2nya pasca cerai walau sejatinya ibu tdk mengkompori mrk. Faghfir lana.

Berbicara ttg RT, di sana ada bnyak pernak pernik terjadi, krn banyak konsultasi yg masuk, entah saya kenal atau tidak, hnya tau saya, merasa amanah, lalu mulailah curhat dan dialog by telp, wa atau ketmuan, berharap smoga Allah berikan solusi yg terbaik buat teman2 dan sahabat. Berbagai macam cerita, yg smuanya mengajak bertafakkur ttg diri saya sndri dan RT saya, yg pada ujungnya pujian lantunan syukur alhamdulillah atas karunia RT walaupun tdk sempurna, tp kami berusaha saling menyempurnakan, saling membahagiakan. Smoga Allah langgengkan.

Dalam sebuah kajian kemuslimahan, seseorang yg hadir bertnya: bgmn status wanita yg gugat cerai kpd suaminya bu?! Murkakah Allah padanya?!. Saya agak menelan ludah. Entah ini pertnyaan ttg dirinya sndri atau menanyakan ttg orang lain disktarnya. Lalu dia lanjutkan: krn sering x dlm ceramah2, ustadz/penceramah tsb sering bilang bahwa istri itu hrs taat, istri itu hrs dngar kata suami, ndak boleh protes apalagi smpai minta cerai. Bisa2 ndak dpt aroma surga. Aroma saja ndak dpt, apalagi surganya. Katanya menambahkan. Benarkah bu?. Tnyanya menambahkan. Smpai disini saya diam agak lama, mengatur nafas, mencari diksi unt menjelaskan sbtas kemampuan saya yg msh fakir ini.

-bersambung-

#serialFiqihKeluarga
#RumahTangga




www.flickr.com

© 2006 ummi asiya | Blogger Templates by GeckoandFly| diutak-atil olehabi asiya .